Ads 468x60px

Jumat, 18 November 2011

Amaliah dan Nilai Keikhlasan di Hadapan Allah SWT


Nilai ketulusan dan Keikhlasan
Nabi Muhammad SAW mengajak para sahabat-sanabatnya untuk selalu memperbaiki dan memperkuat keimanan. Salah seorang sanabat bertanya “bagaimana caranya untuk memperbarui iman kami?” . Kemudian Nabi menjawab “perbanyaklah dengan ikhlas anda mengucapkan, Tidak ada Robb yang haq kecuali Allah “. Mudah-mudahan pada kesempatan yang penuh rahmat ini Allah senantiasa mencurahkan fadhilah Dan maghfiroh-Nya kepada kita, serta mudah-mudahan kita mampu membangun ketulusan dan keikhlasan dalam melakukan ibadah, sehingga ibadah yang kita laksanakan tidak hanya bermakna bagi kehidupan kita, tetapi juga kita harapkan ibadah ini diterima Allah SWT.
Untuk membangun ketulusan dan keikhlasan dapat kita mulai dengan melakukan sikap pro aktif. Marilah kita lihat segala yang ada ini dengan pandangan yang netral dan pandangan yang baik, semua ini pada hakekatnya, beramal dan kembali pada titik nol. Kalau kita sudan bisa membawa perasaan, pikiran, persepsi dan paradigma kita untuk melihat semua yang ada termasuk kita ini pada titik nol, maka yang lahir dalam jiwa kita adalan “Ma’rifatullah“, dimana kita telah menyakini adanya Allan Maha Kuasa seraya kita berucap dengan sadar, bahwa semua yang ada ini berasal dari Allah, diatur oleh Allah dan pada akhirnya akan kembali kepada Allah, itulah inti dari Tauhid. Kesadaran seseorang untuk menjadikan segala sesuatu, mengembalikan segala sesuatu kembali kepada titik pusat yang paling besar, semuanya itu karena Allah SWT. Untuk itulah Al Iman Al Hakim mengingatkan kepada kita sekalian pentingnya kita untuk senantiasa membangun keikhlasan dalam diri kita, dimana keikhlasan ini apabila kita dapat memilikinya niscaya hidup ini menjadi indah dan damai, apa saja yang kita hadapi sekalipun itu musibab dan bencana, karena yang akan kita lihat bukan yang tampak dari musibab itu sendiri, akan tetapi apa dibalik musibah itu sehingga musibah itu justru melahirkan sikap ridho dan sabar.
Manusia yang sabar menurut AI Iman Al Hakim, adalan manusia yang kemudian mewaspadai ketiga pekara yang besar dalam kebidupan kita :
  1. Dunia ini fana dan selurun makhluk akan punah serta begitu banyak perubahan-perubahan itu yang cepat terjadi di dunia.
  2. Kita akan selalu mewaspadai datangnya malapetaka yang tidak pernah kita rencanakan sebelumnya dan manusia tidak bisa aman daripadanya.
  3. Datangnya kematian yang sangat pasti.
Kita berharap bahwa kehidupan di dunia dan sebahagian amal-amal baik yang kita lakukan untuk menjadi bamba Allah yang sejati kiranya dapat diterima oleh Allah SWT. Niscaya tidak sia-sia amal kebaikan kita di dunia ini, kita melakukan amal soleh, melakukan pekerjaan secara rutin, beramal sosial, kita selalu mengnarapkan itu semua dicatat sebagai pengabdian kita kepada Allah. Karena puncak yang bita cari adalah keridhoan Allah SWT, namun untub mendapatban ridho Allah itu kita harus melewati 4 pilar yang salan satu kaidahnya dikatakan “setiap perbuatan manusia sekecil apapun itu memerlukan 4 pilar agar dapat diterima olen Allah SWT“.
Syarat amal yang diterima Allah
Pertama, mempunyai pengetahuan dan ilmu, kita sangat sering mendengar sebuah maqalah yang populer yaitu “siapa saja orang yang mengerjakan sebuan amal tetapi tanpa dasar dan pengetahuan maka amal itu tidak dapat diterima olen Allah”
Kedua, niat yang lurus ketika saat memulai mengerjakannya. seluruh ibadah dalam Islam harus diawali dengan niat dan memang niat inilah yang menjadi catatan penting dari Allah agar kemudian amal ini dinilai. Sesungguhnya sahnya amal itu ditentukan olen niat, dan setiap perbuatan itu akan dinilai olen Allan berdasarkan niatnya. Coca kita membaca sejarah yang ; dilakukan olen Rasulullan SAW pada masa hijrahnya, dimana saat beliau baru saja sampai di kota Madinah dengan letih dan berkeringat bersama para sahabatnya selanjutnya Rasul menyampaikan hadits yang sangat penting “Barangsiapa yang niat hijrahnya dari kota Makah menuju kota Madinah karena Allah dan Rasul-Nya, maka nilai hijrahnya itu akan diberikan olek Allah dan Rasul-Nya, tetapi seandainya hijrahnya bukan karena itu, walaupun keletihannya sama jarak yang ditempuh sama dan resiko yang dihadapinya itu sama, maka niatnya hanya sebatas itu saja yang diberikan Allah SWT“. Untuk itu mari kita luruskan semua niat dengan tulus untuk beribadah kepada Allah SWT dari semua amal ibadah kita baik berupa amaliah mahdhoh kepada Allah maupun amal yang bersifat mu’amalah.
Ketiga, sabar, tekun dan kita merasa nikmat dalam melakukannya. Banyak diantara kita saat melakukan kewajiban fardhu, kita merasa masih mempunyai beban, belum banyak diantara kita berbasil membawa ibadah-ibadah fardhu ain yang Allab SWT taklirkan kepada kita itu menjadi sebuah kebutuhan, sekingga kita melakukannya dengan unsur-unsur keterpaksaan, ketika kita datang meninggalkan kantor kita untuk dan melakukan sholat jum’at, tidak sedikit diantara kita yang berangkat dengan rasa malas dan segan. Tidak sedikit diantara kita sesampainya di masjid tidak merasa bakwa ini ibadah yang besar di hadapan Allah SWT. Ternyata banyak juga saudara-saudara kita tidak menikmati sholat jum’at, dikarenakan sakit, kesibukan kantor, kesibukan duniawi dan lain sebagainya. Nabi Mukammad SAW mengatakan bakwa sabar itu terbagi 3 :
  1. Sabar atas musibah yang datang
  2. Sabar untuk menunaikan perintah-perintah Allah
  3. Sabar untuk menjauhi larangan-larangan Allah.
Kita seringkali menempatkan sabar itu hanya untuk wilayah musibah, padahal dalam taat dan menjauhi larangan Allah di situ juga prinsip sabar harus kita terapkan.
Keempat, Keikhlasan, setelah amal itu dikerjakan. Al Qur’an mengindikasikan banyak sekali orang-orang yang berbuat amal sholeh dimana setelah selesai mengerjakannya, tetapi kemudian dianya sendiri menghancurkannya. Ada orang yang memberikan shadaqoh kepada orang-orang miskin, tetapi kemudian setelak itu diiringi dengan menghina, menghardik dan mencaci maki mereka. Para ahli tasawur mengatakan diantara prilaku manusia yang menghancurkan nilai ibadahnya yang hampir sampai kepada Allah, adalah mereka melaksanakan ibadah dengan ghiroh yang besar namun mereka memiliki tujuan lain selain dari Allab SWT. “Kalau-kalau terbesit dalam hatinya ibadah saya ini dapat dilihat oleh pimpinan, mertua dan sahabat saya, mudah-mudahan dengan ibadah saya tadi dinilai oleh masyarakat sebagai orang yang baik dan ahli ibadah“. Para ahli sufi mengatakan cara seperti ini adalan salah dan dapat menghancurkan nilai-nilai ibadah kita.
4 hal ini secara prinsir harus dijaga agar segala amal apapun yang kita lakukan tidak sia-sia alias mubazir di hadapan Allah. Kita sekarang masih berat menghadapi kehidupan dalam berbangsa dan bernegara, banyak pihak yang mengatakan banwa tidak ada bangsa di dunia yang sesempurna bangsa Indonesia dalam menerima petaka dan musibah. Para ulama mengatakan pasukan yang dahulu digunakan oleh Allah untuk membinasakan umat-umat yang lalai berbentuk : angin, air dan api. Tiga macam dzat itu kita alami bersama-sama sekarang ini, bahkan secara paradok ketika disebahagian wilayah kita menerima musiban banjir yang luar biasa akan tetapi di wilayah lain kekurangan air dan kebakaran yang sangat hebat. Semua kejadian ini kita kembalikan kepada diri kita masing-masing, bisa jadi memang ada kesalahan human error yang bersifat kolektif, ada kesalahan struktural, tetapi tidak sedikit kesalahan ini juga berasal dari kesalahan individual, setiap kita mungkin punya asset kesalahan, maka tentunya kalau seandainya kita berupaya untuk memperbaiki, kita menjadi uswah bagi masyarakat kita dan menjadi pimpinan yang baik, maka itulah sebetulnya terapi yang sangat tepat agar berbagai musibah ini segera berakhir dan negeri ini kembali menjadi negeri yang damai.
Sahabat Syaidinna Ali mengatakan tanda yang jelas apabila ingin menilai diri kita apakah menjadi orang yang ikhlas atau tidak. Ali bin Abithalib mengatakan ada 4 tanda orang yang tidak ikhlas dan orang yang ria
  1. Dia akan malas mengerjakan sesuatu atau ibadah kalau seandainya dia sendirian.
  2. Dia akan giat mengerjakan ibadah itu kalau sendainya bersama orang lain.
  3. Dia akan menambah kuantitas dan kwalitas amalnya seandainya dia dipuji orang lain.
  4. Dia justru akan mengurangi ibadah itu atau tidak mengerjakan lagi ibadah itu apabila mendapat cercaan dan celaan dari orang lain.
Orang yang Ikhlas adalan orang yang istiqomah yang mengbadapkan seluruh perbuatan untuk mendapat ridho Allah SWT dan amal inilah yang akan dicatat-Nya dan akan menjadi point besar untuk memasukkan kita ke dalam surga dan insya Allan kita akan bertemu dengan Allan SWT. Amin ya Robbal alamin.
Sumber : Indah Mulya No. 469 Th. VI 18 Mei 2008

1 komentar:

Anonim mengatakan...

The Best online casino sites with slots games - Kadangpintar
Kadangpintar: The Best online casino sites with slots games kadangpintar · Playtech: The 제왕 카지노 world's leading 메리트 카지노 online casino software provider · NetEnt: Trusted gaming

Posting Komentar